💢 Balada Kutukan Seorang Tukang Ingkar Janji 💢
Refleksi untuk Pemimpin yang Mengkhianati Anak Buah
I. PEMBUKAAN DOSA
Di ruang megah berkursi empuk,
berdiri sosok berjas rapi — wajahnya senyum, hatinya sunyi.
Ia bicara manis, menjanjikan surga:
"Kerja keras kalian takkan sia-sia."
Tapi di balik senyumnya, ada rencana rahasia
Menumpuk untung dari jerih payah
yang bukan hasil keringatnya sendiri 💢
II. PENGUASA DUSTA
"Kalian penting!" katanya sambil tepuk bahu.
"Kami satu tim, tanpa kalian saya bukan siapa-siapa."
Tapi setelah rapat selesai, ia menekan tombol
Memotong tunjangan, menunda kenaikan gaji,
sementara mobil barunya mengkilap di parkiran VIP 🚗💰
Anak buah mengeluh, ia pura-pura budeg.
Padahal telinganya lebih tajam dari laba-laba,
menjaring semua kabar untuk mengamankan tahta.
"Jangan ribut, nanti bonus kalian menyusul."
Namun yang menyusul hanya lelah dan amarah 😠
III. JANJI YANG BUSUK
Dulu ia bilang:
"Satu tahun kerja keras, kita semua naik level."
Tapi ketika setahun lewat,
yang naik cuma dia,
sedang anak buahnya tetap di tangga lama,
menghitung detik demi detik seperti buruh di pabrik jam ⏱️
Ia berkilah:
"Sabar dulu, kondisi perusahaan belum stabil."
Tapi malamnya terlihat foto liburannya di Swiss,
sambil anggur mahal di tangan kiri 🍷
Dan statusnya berkata:
"#SelfReward. Karena lelah harus dibayar tuntas."
Anak buah mengunyah mie instan di indekos,
tapi senyum dipaksakan demi tak dipecat 😤
IV. DOA ORANG TERTINDAS
Setiap malam, ada doa yang naik ke langit
bukan untuk keberkahan,
melainkan keadilan.
"Tuhan, bukalah mata pemimpin kami,
yang lidahnya tajam tapi tangannya lumpuh." 🙏
"Ia menaruh beban di pundak kami,
tapi menyimpan upah dalam sakunya sendiri." 💼💸
V. KUTUKAN MULAI BERBISIK
Langit pun mulai gelap bukan karena malam,
tapi karena kemurkaan.
Semesta tak buta,
ia mencatat segala dusta.
Kursi kekuasaan yang dulu hangat,
perlahan mendingin, seperti hati anak buahnya.
Mereka tak percaya lagi,
sambutan mereka kini kaku,
tatapan mereka tajam seperti paku 😡
VI. BALASAN DARI SEMESTA
Satu per satu, loyalitas pun gugur.
Anak-anak buahnya pergi,
membawa keahlian, semangat, dan nama baik.
Tersisa ia seorang diri
dengan mesin yang mogok,
dan kantor yang sunyi.
Lalu datang laporan,
"Pak, investor mulai cabut."
"Pak, klien batal kontrak."
"Pak, karyawan serempak mengundurkan diri."
Karman—si pemimpin penuh janji palsu—panik.
Tapi tak ada lagi yang peduli 😤💢
VII. TANGIS PENGKHIANAT
Di kursinya yang dulu jadi singgasana,
kini ia duduk membungkuk.
Tangannya gemetar,
karena tak tahu harus menjanjikan apa lagi
selain dusta yang basi.
Ia meratap:
"Mengapa mereka meninggalkanku?"
Padahal ia lupa,
bahwa ia yang lebih dulu meninggalkan mereka—
dalam setiap ucapan palsu,
dan setiap hak yang ia rampas demi kepentingannya sendiri 😔
VIII. BAYANG-BAYANG DOSA
Bayangannya sendiri kini tak mau menatapnya.
Cermin memantulkan wajah yang penuh retakan:
wajah seorang pemimpin
yang dikhianati oleh dirinya sendiri.
"Aku hanya ingin semua baik-baik saja."
Tapi “baik” menurutnya berarti
dirinya kaya,
sementara orang lain menderita 😠
IX. SUARA DARI MASA LALU
Lalu terdengar suara lirih,
bukan dari luar, tapi dari dalam dadanya:
“Ingatkah kau saat satu anak buahmu
menangis karena tak bisa bayar sekolah anaknya?
Tapi kau tetap tahan uang lemburnya demi membeli jam tangan barumu.”“Ingatkah kau saat satu stafmu sakit,
tapi kau kirim surat peringatan karena ia tak hadir rapat?”“Ingatkah kau saat mereka percaya padamu—
tapi kau bermain dengan kepercayaan seperti kartu remi?” 😡💢
X. AKHIR SEBUAH KUTUKAN
Karman kini sendiri.
Ia hidup dalam rumah megah yang sunyi.
Ia makan sendiri,
bercermin sendiri,
dan menua dalam penyesalan yang tak bisa ditebus.
Tak ada lagi yang menyapa,
tak ada lagi yang percaya.
Karena siapa yang menanam janji palsu,
akan menuai sepi di akhir waktu ⚰️🕯️
XI. PELAJARAN DARI KISAH INI
Untuk kalian yang diberi kuasa,
jangan jadikan janji sebagai alat manipulasi.
Jangan ambil hak anak buah demi ambisi.
Jangan telan hasil kerja mereka
seperti lintah haus darah.
Ingatlah:
💢 Tuhan tak pernah tertidur.
💢 Semesta tak pernah lupa.
💢 Dan doa dari orang tertindas
bisa mengguncang singgasana paling tinggi!
XII. PENUTUP
Balada ini adalah kutukan,
bukan dari penyihir, tapi dari hati yang tersakiti.
Ia akan terus bergema
di setiap ruangan yang penuh janji palsu,
di setiap tangan yang mengambil tanpa memberi,
di setiap mulut pemimpin
yang berkata “demi kalian”, padahal demi dirinya sendiri 😡💢