Sebuah Parodi Reflektif oleh: Jeffrie Gerry (Japra), Penulis Berdarah Dingin Tapi Hangat di Hati
Di suatu sore yang mendung di Alam Gaib, para setan berkumpul dalam sebuah rapat darurat tahunan. Rapat itu biasanya diisi dengan evaluasi kerja, promosi horor, dan pembagian wilayah tugas untuk menyesatkan umat manusia. Tapi tahun ini, suasananya berbeda. Setan kepala—yang akrab disapa Boss Beelzebub—tampak gelisah sambil mengelus-ngelus jenggot hitamnya yang tersangkut pentol korek.
"Kawan-kawan, kita dalam krisis besar," kata Beelzebub dengan suara yang serak seperti radio rusak.
Semua setan menatap heran.
"Ada apa, Boss? Apakah manusia mulai tobat?"
"Lebih parah... Mereka jadi kita! Bahkan lebih ekstrem!"
Setan-setan tercekat. Salah satu dari mereka, si Seton, mengangkat tangan.
"Maksudnya?"
Beelzebub menggeser layar plasma di ruang rapat, menampilkan tayangan highlight dari dunia manusia:
Seorang manusia menipu donasi bencana alam dan pakai uangnya buat beli mobil sport.
Seorang ibu-ibu nyinyir di grup WA dan memecah rumah tangga orang lain hanya dengan sticker.
Seorang remaja membuat konten prank lempar sembako ke tukang becak, lalu tertawa-tawa sambil minum boba.
Setan senior langsung berdiri dan berteriak, "ITU KERJAAN KITA DULU! SEKARANG MEREKA NGAPAIN?!"
"Itulah masalahnya," kata Beelzebub, "Manusia sudah merebut peran kita. Kita nggak lagi dibutuhkan. Bahkan kita dipanggil cuma buat jadi tameng, biar mereka bisa bilang: 'Maaf, saya khilaf, saya kerasukan.'"
Seton berdiri gemetar. "Boss, saya minta cuti. Saya trauma. Minggu lalu saya coba godain manusia biar curang ujian, eh dia malah ngajarin saya teknik curang baru dan suruh saya masuk kursusnya!"
Setan lain, Setini, mengeluh, "Saya masuk ke tubuh manusia buat bikin dia selingkuh. Eh dia udah punya tiga pacar beda kota dan satu di metaverse! Saya malah diajari cara jaga rahasia dengan 7 HP!"
Beelzebub mengangguk murung. "Itulah yang saya maksud. Kita dulu raja tipu daya. Sekarang? Kita jadi murid privat mereka."
Babak 2: Laporan dari Lapangan
Setan lapangan bernama Seterik muncul dengan laporan investigasi terbaru. Ia tampak lelah dan matanya sayu seperti habis scroll TikTok 12 jam.
"Boss, saya menyamar jadi netizen, dan saya menemukan fakta mencengangkan."
Ia membuka presentasi:
Manusia mengolok-ngolok bencana sambil bikin konten.
Mereka menebar kebencian atas nama kebenaran.
Mereka menjual agama demi endorse skincare.
Mereka membakar hutan demi proyek wisata rohani.
Mereka bilang semua demi Tuhan, padahal demi cuan.
Setan-setan bergidik ngeri. Salah satu setan, Setul, menangis tersedu.
"Boss... saya merasa gagal. Saya cuma ngajarin fitnah kecil, mereka malah bikin hoax nasional. Saya tuh cuma mau mereka debat kecil, bukan bakar rumah warga!"
"Saya juga, Boss," kata Setipus, "Saya ingin mereka berdusta soal nilai ujian. Eh mereka bikin ijazah palsu dan daftar jadi pejabat!"
Beelzebub berdiri dan berkata dengan tegas, "Saudara-saudaraku yang tercela, kita harus akui kenyataan ini: kita sekarang yang kerasukan manusia. Mereka lebih jahat dari kita. Bahkan Lucifer pun shock dan mulai ikut terapi!"
Babak 3: Terapi Setan
Setan-setan akhirnya menghadiri sesi terapi dengan konselor mereka: Dukun Semi-Pensiun bernama Mbah Slamet.
Mbah Slamet, sambil menghisap rokok linting dan menyeduh kopi hitam tanpa gula, membuka sesi dengan kalimat bijak:
"Lha wong kowe kalah jahat karo manungsa, yo wis. Ganti kerja wae."
"Kerja apa, Mbah?"
"Jadi motivator. Manusia sekarang butuh sadar, bukan disesatkan. Mereka udah nyasar sendiri kok."
Beelzebub merenung. "Motivator?" Ia membayangkan seminar dengan tema: "Berhenti Jahat, Biar Kami Bisa Kerja Lagi."
Seton usul, "Atau kita bikin podcast: 'Ngobrol Bareng Setan' — edisi tobat bersama."
Setini: "Atau kanal YouTube: 'Reaksi Setan Lihat Kelakuan Netizen'."
Setipus: "Judulnya 'Bukan Salah Kami', lalu isi kontennya ya... realita manusia."
Setan-setan mulai optimis. Mungkin sudah waktunya ganti peran. Toh manusia zaman sekarang nggak perlu digoda. Mereka digoda sendiri oleh keinginan, iri hati, dan ego yang lebih ngeri dari jebakan kita.
Babak 4: Refleksi dan Revolusi Gaib
Dalam sebuah sesi refleksi, Beelzebub mencatat dalam buku harian iblis:
"Dulu kami bangga saat manusia berdusta. Sekarang kami minder. Kami dibohongi juga. Dulu kami bangga menciptakan iri hati, sekarang iri pun jadi konten monetisasi. Kami kalah. Tapi mungkin, inilah waktunya kami menyerah... dan buka kedai kopi."
Setan-setan pensiun. Mereka buka warung kopi di alam gaib, dengan nama: "Ngopi & Tobat".
Menu spesial:
Kopi Pahit Kenyataan
Teh Manis Tapi Palsu
Donat Lubang Hati
Sambil menyeruput kopi, mereka menonton dunia dengan heran.
"Tuh anak manusia bikin konten prank jenazah..."
"Yang itu malah jual air wudhu botolan buat followers..."
"Astaghfirullah..."
Semua setan diam. Lalu serempak berkata:
"ASTAGHFIRULLAH..." ðŸ˜
Penutup: Tertawa dalam Keheranan
Kisah ini mungkin hanya parodi. Tapi seperti semua satire, ia membawa refleksi.
Dulu, manusia takut pada setan. Sekarang, setan takut pada manusia. Karena manusia punya satu hal yang lebih kuat dari sihir iblis: keserakahan tanpa batas dan pembenaran tanpa malu.
Jadi jika suatu hari kamu merasa "digoda setan", coba cek dulu... Jangan-jangan, setannya cuma duduk di pojok, ketakutan, sambil bilang:
"Jangan libatkan saya. Saya nggak ngajarin itu..."
🤣😈🙃
Setan Minta Suaka
Sebuah Parodi Konyol dan Absurd oleh: Jeffrie Gerry (Japra), Mantan Iblis Honorer yang Kini Freelancer Realita
Di sudut ruang interdimensional antara Surga, Neraka, dan Kantor Pos, seekor setan junior bernama Setriksel tengah mengantri dengan wajah lesu dan map merah menyala bertuliskan "PENGAJUAN SUAKA INTERNASIONAL."
"Selanjutnya!" teriak petugas bermuka netral yang ternyata malaikat pindahan dari divisi logistik.
Setriksel maju, membuka mapnya, dan mulai bercerita.
"Saya, dengan ini mengajukan suaka karena saya tidak sanggup lagi bertugas di dunia manusia. Mereka lebih kreatif dalam kejahatan. Mereka... terlalu inovatif."
Petugas mengernyit. "Tolong beri bukti pendukung."
Babak 1: Testimoni Kesengsaraan
"Pertama, saya ditugaskan menggoda seorang pejabat agar korupsi. Tapi saya datang terlambat. Dia sudah punya 8 rekening siluman dan 5 apartemen di negara yang bahkan saya nggak tahu eksisnya."
Petugas mencatat dengan pen. "Teruskan."
"Kedua, saya coba masuk ke pikiran selebgram untuk menyebar kesombongan. Tapi dia sudah bikin konten pamer sedekah sambil pakai filter sayap malaikat, diiringi lagu religi remix. Saya malah dapat endorse produk skincare."
Petugas mulai tertawa kecil. "Lanjut."
"Saya coba menggoda mahasiswa agar malas belajar. Tapi dia malah jual skripsi di Shopee. Saya jadi pelanggan tetap."
Babak 2: Klub Setan Pensiunan
Di ruang bawah tanah Nir-Zaman, para setan senior berkumpul membentuk organisasi baru: Setan Setengah Waras (SSW). Mereka berkumpul sambil bermain UNO dan terapi kelompok.
"Aku dulu bangga jadi goda orang berjudi," ujar Setru. "Sekarang mereka investasi koin micin. Aku nggak ngerti tren."
"Aku dulu bikin pasangan selingkuh," ujar Setimun. "Sekarang mereka open relationship, terus podcast bareng. Aku malah ikut jadi bintang tamu."
"Aku bikin orang marah di jalanan. Sekarang orang tabrak lari sambil live di TikTok. Aku di-tag."
Setan tertua, Setua, hanya mengelus dada.
"Kita sudah ketinggalan zaman, wahai kawanku. Kita butuh pelatihan ulang, atau... pensiun ke planet lain."
Babak 3: Pelatihan Ulang Setan
Beelzebub akhirnya buka workshop berjudul: "Manusia: Spesies Tanpa Panduan."
Modul:
Mengenali Strategi Manipulasi Kontemporer.
Teknik Baru: Berpura-pura Jadi Influencer Baik.
Cara Menghindari Viral Saat Gagal Menggoda.
Praktikum langsung:
Coba goda manusia agar buang sampah sembarangan. (Gagal, dia malah bikin konten challenge buang sampah di laut.)
Coba bisikkan ide bikin hoax. (Gagal, dia malah jadi editor berita.)
Semua peserta frustrasi. Salah satu setan bahkan melamar jadi manusia dengan nama samaran: Manusia Biasa Tapi Aneh.
Babak 4: Dialog Dengan Tuhan
Akhirnya Beelzebub, dalam keputusasaan total, menghadap Tuhan.
"Ya Tuhan, hamba menyerah. Hambamu kalah licik dari ciptaan-Mu sendiri."
Tuhan tersenyum lembut. "Itu karena mereka diciptakan dengan kehendak bebas. Tapi sayangnya, mereka memilih bebal bebas."
"Tapi, kenapa mereka bisa jahat tanpa batas?"
"Karena mereka selalu merasa benar... bahkan saat sedang berbuat salah. Kau tahu siapa guru terbaik mereka?"
"Siapa, ya Tuhan?"
"Komentar netizen."
Setan langsung sujud. Menangis. "Saya... tidak mampu. Saya hanya mengajarkan tipu muslihat level dasar. Mereka sudah PhD dalam kebohongan."
Babak 5: Akhir yang Tidak Jelas Tapi Lucu
Sekarang, sebagian besar setan sudah pensiun dan buka usaha:
Setriksel jadi barista di kafe bernama Ngopi Sambil Tobat
Setru buka gym: Fitnes Biar Gak Fitnah
Setua jadi motivator spiritual dengan slogan: "Jadilah manusia, jangan kayak kami."
Mereka masih sering nonton berita dunia, sambil geleng-geleng kepala:
"Tuh orang jual air bekas cuci kaki kiai... limited edition." "Lho, yang itu jualan 'tiket masuk surga' via QR code!" "HAHAHAHA... hah... ha... ampun, manusia."
Penutup: Catatan dari Neraka yang Kosong
Sekarang neraka sepi. Karena semua dosa manusia sudah mereka alami di dunia. Setan pun hanya bisa nonton, sambil update status:
"Tolong. Manusia terlalu menyeramkan. Kami butuh rehabilitasi."
Dan manusia? Mereka tetap cuek, sibuk mengedit video dosa dengan filter lucu.
🤣😈📱